Tuesday, December 22, 2009

terima kasih

Terima Kasih 2


Kupandangi langit luas diwarnai awan putih cemerlang. Selalu terpikir olehku akan keadaan ibu diatas sana. Semenjak kepergian ibu 10 tahun yang lalu, aku selalu saja menangis ketika membuat makanan kesukaanku dan ibu. Kadang ku bisa tegar, kadang aku harus menangis di depan nisan ibu. Setiap tahun aku pergi ke makam ibu sekedar menanyakan keadaan ibu disana. Ataupun menceritakan rumah tanggaku. Sebenarnya kutahu bahwa ibu selalu melihatku dari sana. Bukan maksudku untuk membuat ibu sedih, namun inilah kenyataannya. Aku seorang single parents. Suamiku adalah seorang leleki setia berkebangsaan Prancis. Aku bertemu dia saat aku sekolah arsitek disana. Dia adalah satu-satunya orang yang mengerti diriku, mencintaiku, bahkan karena ia begitu menyayangiku ia benar-benar menjadi seorang muallaf. Kami memiliki seorang anak perempuan hasil dari pernikahan kami. Bayinya sehat dan alhamdulillah akupun selamat. (Ini juga berkat doa ibuku diatas sana). Dua bulan setelah aku melahirkan, kali ini Allah benar-benar menguji ketabahanku kembali. Suamiku kecelakaan. Ia sedang pergi ke Kansas karena ada pekerjaan yang menarik. Ia ingin sekali mengajakku dan anaknya. Namun usia Marylin Sukmawati (sukmawati diambil dari nama ibuku, semoga ia menjadi seperti ibuku kelak) baru menginjak 3 bulan, aku tidak ikut dengannya. Namun cuaca tiba-tiba memburuk, pesawat yang ditumpangi suamiku terjatuh dan tenggelam di samudra pasifik. Bagaimana nasibku dan sukma. Apakah aku bisa mengarungi hidup sendiri. Ibu kuatkan anakmu ini.
Ini adalah takdirku, aku tidak punya saudara. Aku harus bekerja dan mengasuh serta merawat anakku. Aku akan memulai dengan memasak. Aku membuka sebuah toko roti khas Prancis dan Indonesia. Namun itu saja tidak cukup. Lalu aku mencoba bekerja pada suatu instansi penerbitan majalah, aku diterima walau hanya sebagai seorang pengisi artikel. Untungnya pekerjaanku tidak menyita banyak waktu sehingga aku memiliki qwaktu dengan Sukma. Suamiku memiliki cukup harta namun aku belum bisa memakainya, aku masih teringat dia dan selalu saja sedih. Kucoba berbagai solusi agar sukma tumbuh menjadi anak yang sempurna. Aku tidak akan berniat nenggunakan jasa baby sister, aku takut ia tidak bisa bersamaku setiap waktu.
Setelah kira-kira sukma mulai berumur sepuluh tahun aku mengajaknya pindah ke Prancis. Sukma merespon baik. Ia tumbuh menjadi gadis ceria dan cantik. Tetapi sebenarnya ia haus dengan kasih saying. Di Prancis aku ditarik sebuah sekolah arsitek untuk menjadi guru disana. Aku tidak pernah memaksa sukma nantinya menjadi arsitek.

No comments: