Kumulai ceritaku dari selembar kertas yang kubaca tadi pagi.
Aku seorang murid sekolah dasar. Kedua orang tuaku adalah orang orang yang sangat disiplin akan masa depanku. Untuk itu aku selalu diberikan yang terbaik. Entah itu buku pelajaran, sekolah, dan fasilitas. Hampir setiap hari aku tidak pernah tidak belajar tambahan (private class) setiap sore maupun weekend. Aku cenderung iri dengan teman sebaya ku di sekolah. Karna mereka bisa mengekspresikan atau melakukan yang mereka mau. Berbeda denganku. Aku bahkan masih terlalu kecil untuk berfikir akan kabur dari rumah. Terlebih kedua orang tuaku yang selalu sibuk dengan dunia mereka. Aku menginginkan kasih sayang mereka. Apa itu salah bagiku? Aku hanya meminta hakku saja. Setelah beberapa bulan sejak aku pindah, aku tetap berusaha untuk tidak melihat maupun mendengar apapun yang menggangguku. Aku Rena Mahadewi akan selalu tegar dalam usiaku yang begitu muda.
Awalnya aku merasa bisa beradaptasi di sekolahku. Tetapi lama kelamaan sepertinya ada yang kurang. Ya. Teman. Apa aku sekarang punya teman. Huhf. Aku benar benar tidak punya teman.
Aku juga belum cerita, ada satu hal yang paling tidak ku senangi saat di sekolah. Itu adalah pelajaran olahraga. Entah kenapa aku selalu merasa menjadi yang terjelek dalam olahraga. Maka dari itu aku benci sekali dengan hidupku.
Setelah aku mendapatkan peringkat pertama dalam kenaikan kelas kali ini, aku satu tempat duduk dengan salah satu laki laki di kelasku. Namanya Gilang Bagus. Aku senang dia yang menjadi teman duduk ku. Karena dia sangat pandai mengajariku berteman dengan yang lain. Kelas 3 sd adalah saat saat yang paling aku suka. Tapi pada akhirnya kami tidak bisa setempat duduk lagi. Gilang lebih memilih duduk dengan ketua kelas,Robbi dan selalu jalan bertiga dengan Rama. Sejak kelas 5 SD, mereka selalu menjadi sorotan anak anak perempuan. Aku mempunyai 3 orang teman yang sangat akrab, dan aku menganggap mereka sebagai teman sejatiku. Mereka adalah Sita,teman duduk ku, Ira, dan Thary. Aku ingat banget betapa susahnya menyatukan mereka jika ada könflik diantara kita. Sampai sampai aku pernah beberapa kali menangis di sekolah. Betapa kuatnya rasa persahabatanku dengan mereka. Ada hal hal yang lucu juga dari kisah ku di sekolah dasar. Aku pernah menyukai temanku. Tetapi itu kan sudah lama sekali. Cinta monyet pula. Lagi pula orang yang kusukai itu adalah teman sebangku ku kelas 3, jadi aku merasa sangat dekat dengannya. Aku pernah ketahuan menyukainya. Aku dipermalukan habis habisan oleh teman sekelasku. Tidak tau deh bagaimana raut wajahku saat itu. Ira dan Thary tidak terpisahkan. Mereka selalu berdua. Thary itu juga naksir teman sekelasku sih. Untungnya saja benar benar tertutup rapi. Tidak ada yang tahu. Aku benar benar takjub. Apa ya yang membuatku suka pada gilang? Mungkin selain dia keren dan pintar, dia itu selalu ramah dan baik padaku. Tidak pernah sombong seperti laki laki lainnya yang harus ditegur dulu,baru ia mw negur.
****
Gilang itu tinggal dengan neneknya. Aku tak pernah tahu tentang orang tuanya. Anak anak ada yang bilang kalau orang tuanya tinggal di luar kota, ada juga yang bilang orang tuanya bercerai lalu gilang tinggal dengan neneknya. Tetapi status itu tidak masalah bagiku. Yang pasti aku menyayanginya sampai sekarang.
Akhirnya waktu jua yang memisahkan ku dengan ke 3 sahabat terbaikku, gilang ,dan guru yang paling aku sayangi. Guru yang mengajariku banyak hal. Guru yang tidak pernah kulupakan aroma tubuhnya. Semoga kau tetap bahagia dimana pun kau berada.
*****
tahun ajaran baru, sekolah baru, teman baru, bahkan rumah baru. Aku kerap kali pindah rumah jika ingin sekolah ke jenjang lebih tinggi. Untungnya ini tempat tinggalku yang akan lama ku tempati. Suasana seperti pedesaan penuh dengan pohon rindang dan ilalang. Cocok sekali dengan karakterku.
Kali ini aku punya tetangga baru yang umurnya sebaya denganku. Dari jauh selalu mengingatkanku dengan wajah gilang. Aku kini masih mencarinya. Berharap ia satu sekolah dengan aku. Tapi dari kabar yang kudapat, ia telah pergi. Tapi aku benar tidak tahu kebenaran informasi itu. Aku mencari tahu di seluruh SMP di kotaku. Dan akhirnya aku menemukannya tetapi aku tak berani menampakkan wajahku di depannya. Ya sudahlah aku hanya bisa berharap akan waktu yang akan bicara.
Ngomong ngomong tentang tetangga baruku,namanya cahyo dan wajahnya mirip dengan gilang lho. Cuma dia lebih tinggi. Dia juga keren kok, tidak kalah keren dengan gilang, tetapi gilang is number 1. No rival. Pandanganku tertuju padanya dan tidak lepas darinya. Aku selalu memikirkannya di tidur dan konsentrasiku. Benar benar mengganggu. Sampai suatu hari aku dan dia dalam satu ruangan yang luas. Dia menanyakan hal hal tentangku. Sampai sampai aku keceplosan menanyakan perempuan yang dia suka. Dan jawabanya.... Tidak dapat kubayangkan. Apa benar benar begini jadinya. Atau dia memang seorang player seperti yang dibicarakan. Aku tak tahu. Yang pasti setelah itu aku langsung menceritakan itu kepada temanku. Alhasil temanku penasaran dan menanyakan langsung padanya. Keesokan harinya, ia mulai tak ramah padaku. Ia mulai menjauh dariku. Walaupun rumahnya hanya 1 meter atau kurang dari rumahku, aku merasa ia jauh. Bagaikan langit dan bumi. Padahal aku mulai menyukainya dan hendak mengatakan perasaan ku padanya. Tetapi keburu ini terjadi. Aku memendamnya dalam hati. Perjalanan cintaku belum menemukan tempat peraduaannya. Perjalanan belum berakhir. Masìh banyak yang akan kuceritakan, jadi bersabar ya!!
No comments:
Post a Comment